Selasa, 01 Desember 2015

Mysterious forest



Mysterious forest

Malam hari, aku tengah asyik memasukan baju baju baruku ke dalam tas, ah tidak sabar ingin cepat besok, aku tersenyum. Kaos, celana, jilbab, semua sudah kumasukan ke dalam. Tinggal tidur dan menunggu fajar datang menyingsing disertai cahaya matahari pagi yang masuk lewat jendela kamarku, seperti pagi pagi sebelumnya.
            Kungkuruyuk.. ayam tetangga berkokok, aku membuka mataku perlahan. “sayang bangun sudah siang, ibu tunggu di bawah” terdengar suara ibu dari balik pintu, aku mengangguk walau kutahu ibu tak akan melihatnya, dengan mata masih sedikit mengantuk aku berjalan menuruni tempat tidurku lalu membuka gorden, ahh matahari pagi yang ceria.
            Aku berlari menuruni tangga bergegas menuju ruang makan, tidak sabar ingin segera mengisi kekosongan perutku akibat kelelahan membereskan baju tadi malam, ibu tersenyum ketika aku datang, ternyata disana sudah ada ayah, dan juga bibi, bude , nenek. Rida, salma, alya dan candra nyengir, candra sedikit terkekeh geli.
            “belum mandi ra?” tanya candra sambil terus memandangiku yang sedang berdiri, aku balas nyengir, memalukan sekali, aku datang saat belum mandi bahkan saat ini aku masih memakai piyama tidurku. Bibi tersenyum, oh tidak, aku hanya diam terpaku menatap ibu yang juga tertawa.
            “mandi dulu sana ra, lupa ya sekarang kita mau kemana” ibu mengambilkan handukku yang tergantung dijemuran lalu memberikannya kepadaku, aku menerima lalu sesegera mungkin berlari ke kamar mandi, sepeninggalannya aku dari ruang makan, ayah ibu juga yang lainnya terdengar seperti tertawa, mungkin mereka menertawakanku, ah sudahlah aku memang begini adanya, aku pun terkekeh geli.
            Selesai mandi aku kembali berkumpul bersama keluarga di ruang makan, ibu kembali menyambutku dengan tersenyum, begitu pun yang lainnya. Aku duduk di samping rida, ia sedang makan dengan rakusnya, tapi belum serakus ikhsan saudaraku yang juga sedang melahap nasi dengan ayam goreng dalam porsi besar. Ibu mengambilkan aku nasi dan lauknya, aku mulai melahap makananku dengan tenang.
            Setelah makan ayah pergi ke bagasi untuk memanaskan mesin mobil, sedangkan aku kembali ke kamar untuk mengambil tas yang sudah dipenuhi baju baju dan perlengkapan lainnya. Rida dan salma menunggu di depan melihat ibu yang sedang membereskan persiapan yang akan dibawa. Setelah semua selesai, kami semua memasuki mobil. Aku duduk di belakang bersama salma dan rida, sementara ikhsan, candra, dan indra ada di depan kami. Dan setelah semua masuk, kami berangkat. LIBURAN DIMULAI!
            Dalam perjalanan aku tidak bisa melakukan apa pun, kepalaku pusing dan perutku terasa mual sepertinya aku akan muntah, “ibu” aku memanggil ibu yang duduk di depan, yang dipanggil menengok ke belakang “iya sayang” sahut ibu.
            “aku mau muntah” aku meletakan kedua tanganku di depan mulut, salma dan rida mencoba sedikit bergeser untuk memberiku sedikit ruang, atau malah mereka takut terkena muntahanku. Ibu memberiku keresek, tanpa komando aku langsung memuntahkan semuanya cukup lama, hingga akhirnya aku mengikat keresek itu, lalu ayah membuangnya di tempat sampah yang kami lewati. Karena tidak ingin mengeluarkan muntahan lagi, aku tertidur.
            Saat aku terbangun, ayah sedang memarkirkan mobilnya. Semua turun, ibu membantuku keluar dari mobil, ah segarnya udara. “kita dimana?” dengan polosnya aku bertanya, rida melihatku yang sedang linglung, ia mengangkat bahu lalu menarikku ke dalam mengikuti ayah, ibu dan yang lainnya. Setelah aku sedikit sadar, aku tahu kalau sekarang kami sedang ada di puncak, pantas segar sekali.
            Ayah mengajak kami duduk, seorang petugas hotel menyediakan macam macam makanan, aku kembali kenyang setelah tragedy muntah di mobil tadi, makanan sudah ludes habis tidak ada yang tersisa kecuali piring dang gelas kotor yang ada diatas meja.
            “jalan-jalan yuk?” candra membuka pembicaraan, kami menatapnya serentak. Rida mengangguk, diikuti yang lainnya. “yah, kami semua mau jalan jalan ya” aku meminta izin pada ayah, ayah mengangguk mengiyakan.
            “huahh, segarnya udara ” seru salma yang sedari tadi hanya terdiam. “begitulah” ikhsan menambahi. Kami semua berjalan jauh ke dalam hutan, hutan ini sama sekali tidak menyeramkan, malah hutan ini begitu indah dengan bunga warna warni di sekelilingnya menambah kesejukan alam. Aku menghirup nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya, ah enak sekali. Saat sedang berjalan kami tidak sengaja melihat sungai yang airnya begitu jernih sampai sampai batu kecil yang ada di dalamkan terlihat jelas. Aku mencuci muka disana, salma dan rida malah bermain air, alya dan yang lainnya terdiam dipinggrian sungai, menikmati kekayaan alam Indonesia yang begitu indah.
            Tanpa kami sadari jam sudah menunjukan pukul 3 sore, kami beranjak dari rumput yang kami gunakan untuk duduk, bahkan alya malah tiduran di atasnya. Candra berjalan lebih dulu, kami mengikuti dari belakang. Kok terasa lebih jauh ya, dari pada saat kami datang. “syira tadi kamu ingat gak kemana jalannya?” candra melihatku dengan wajah bingung. “aku gak tahu, seingatku sih memang benar ke sini, tapi kok gak naympe-nyampe ya” aku pun ikut bingung.
            “kita tersesat” rida terlihat takut, disampingnya alya memeluk lengan rida erat-erat “aku takut” rengeknya. Salma melihat ke kanan dan kiri, ikhsan dan candra tertunduk lesu. Aku sangat PANIK. Kami mencoba kembali ke sungai, tapi setelah berjalan beberapa menit, sungai itu tidak dapat kami temukan, hanya ada jajaran pohon pohon yang menjulang tinggi.aku merinding, bulu kudukku berdiri, kenapa aku merasa ada yang meniup tekukku, apa jangan jangan itu hantu, ah tidak-tidak, aku mencoba menghilangkan pikiran negatif itu.
            “bagaimana ini?” alya kembali merengek, tidak ada yang menjawab semua sibuk dengan ke khawatiran masing masing. “aku takut, hari mulai gelap, hutan ini menyeramkan” teriak alya sontak membuat kami semua melihatnya kaget, aku menghampiri saudara kecilku, dan dengan segala keberanian yang ku punya aku mencoba menenangkannya dan berjanji kalau kita semua akan selamat, tapi tidak bisa ku pungkiri, aku pun merasa tidak yakin kalau kami akan baik baik saja dihutan yang menyeramkan ini.
            “apa kita harus berjalan lagi” ucap candra, semua menggeleng. “percuma saja” rida memeluk kedua kakinya, sekarang ia merasa kedinginan. Candra bersandar pada sebuah pohon besar, ikhsan berada di sampingnya, sekarang kami sangat putus asa, sudah tidak ada harapan lagi, ibu, ayah aku rindu kalian. Uh mungkin kami akn terus terjebak dihutan menyebalkan ini. Aku memejamkan mata. Tak berapa lama kemudian terdengar suara langkah kaki, hutan dipenuhi cahaya.
          “anak-anak” seru ibu sambil memeluk kami semua. Tanpa basa basi warga langsung membawa kami kembali ke hotel. Aku merebahkan diri di kursi yang hangat. Ibu ayah dan yang lainnya sudah berkumpul di ruang itu. Ibu menghadiahi kami berbagai macam pertanyaan. Tapi tidak begitu lama ibu kembali memeluk kami.
            Hari ini kami kembali ke rumah, entah apa yang terjadi saat di hutan itu, aku terlalu takut untuk memikirkannya, ibu ayah tidak pernah tahu, hanya kami,aku dan semua saudaraku yang tahu, tapi biarlah itu tetap menjadi misteri bagi kami.

 
KumpulanCerpen Blogger Template by Ipietoon Blogger Template