Mysterious
forest
Malam hari, aku tengah asyik memasukan baju baju
baruku ke dalam tas, ah tidak sabar ingin cepat besok, aku tersenyum. Kaos,
celana, jilbab, semua sudah kumasukan ke dalam. Tinggal tidur dan menunggu
fajar datang menyingsing disertai cahaya matahari pagi yang masuk lewat jendela
kamarku, seperti pagi pagi sebelumnya.
Kungkuruyuk.. ayam tetangga
berkokok, aku membuka mataku perlahan. “sayang bangun sudah siang, ibu tunggu
di bawah” terdengar suara ibu dari balik pintu, aku mengangguk walau kutahu ibu
tak akan melihatnya, dengan mata masih sedikit mengantuk aku berjalan menuruni
tempat tidurku lalu membuka gorden, ahh matahari pagi yang ceria.
Aku berlari menuruni tangga bergegas
menuju ruang makan, tidak sabar ingin segera mengisi kekosongan perutku akibat
kelelahan membereskan baju tadi malam, ibu tersenyum ketika aku datang,
ternyata disana sudah ada ayah, dan juga bibi, bude , nenek. Rida, salma, alya
dan candra nyengir, candra sedikit terkekeh geli.
“belum mandi ra?” tanya candra sambil
terus memandangiku yang sedang berdiri, aku balas nyengir, memalukan sekali,
aku datang saat belum mandi bahkan saat ini aku masih memakai piyama tidurku.
Bibi tersenyum, oh tidak, aku hanya diam terpaku menatap ibu yang juga tertawa.
“mandi dulu sana ra, lupa ya
sekarang kita mau kemana” ibu mengambilkan handukku yang tergantung dijemuran
lalu memberikannya kepadaku, aku menerima lalu sesegera mungkin berlari ke
kamar mandi, sepeninggalannya aku dari ruang makan, ayah ibu juga yang lainnya
terdengar seperti tertawa, mungkin mereka menertawakanku, ah sudahlah aku
memang begini adanya, aku pun terkekeh geli.
Selesai mandi aku kembali berkumpul
bersama keluarga di ruang makan, ibu kembali menyambutku dengan tersenyum,
begitu pun yang lainnya. Aku duduk di samping rida, ia sedang makan dengan
rakusnya, tapi belum serakus ikhsan saudaraku yang juga sedang melahap nasi
dengan ayam goreng dalam porsi besar. Ibu mengambilkan aku nasi dan lauknya,
aku mulai melahap makananku dengan tenang.
Setelah makan ayah pergi ke bagasi
untuk memanaskan mesin mobil, sedangkan aku kembali ke kamar untuk mengambil
tas yang sudah dipenuhi baju baju dan perlengkapan lainnya. Rida dan salma
menunggu di depan melihat ibu yang sedang membereskan persiapan yang akan
dibawa. Setelah semua selesai, kami semua memasuki mobil. Aku duduk di belakang
bersama salma dan rida, sementara ikhsan, candra, dan indra ada di depan kami.
Dan setelah semua masuk, kami berangkat. LIBURAN DIMULAI!
Dalam perjalanan aku tidak bisa
melakukan apa pun, kepalaku pusing dan perutku terasa mual sepertinya aku akan
muntah, “ibu” aku memanggil ibu yang duduk di depan, yang dipanggil menengok ke
belakang “iya sayang” sahut ibu.
“aku mau muntah” aku meletakan kedua
tanganku di depan mulut, salma dan rida mencoba sedikit bergeser untuk
memberiku sedikit ruang, atau malah mereka takut terkena muntahanku. Ibu
memberiku keresek, tanpa komando aku langsung memuntahkan semuanya cukup lama,
hingga akhirnya aku mengikat keresek itu, lalu ayah membuangnya di tempat
sampah yang kami lewati. Karena tidak ingin mengeluarkan muntahan lagi, aku
tertidur.
Saat aku terbangun, ayah sedang
memarkirkan mobilnya. Semua turun, ibu membantuku keluar dari mobil, ah
segarnya udara. “kita dimana?” dengan polosnya aku bertanya, rida melihatku
yang sedang linglung, ia mengangkat bahu lalu menarikku ke dalam mengikuti
ayah, ibu dan yang lainnya. Setelah aku sedikit sadar, aku tahu kalau sekarang
kami sedang ada di puncak, pantas segar sekali.
Ayah mengajak kami duduk, seorang
petugas hotel menyediakan macam macam makanan, aku kembali kenyang setelah
tragedy muntah di mobil tadi, makanan sudah ludes habis tidak ada yang tersisa
kecuali piring dang gelas kotor yang ada diatas meja.
“jalan-jalan yuk?” candra membuka
pembicaraan, kami menatapnya serentak. Rida mengangguk, diikuti yang lainnya.
“yah, kami semua mau jalan jalan ya” aku meminta izin pada ayah, ayah
mengangguk mengiyakan.
“huahh, segarnya udara ” seru salma
yang sedari tadi hanya terdiam. “begitulah” ikhsan menambahi. Kami semua berjalan
jauh ke dalam hutan, hutan ini sama sekali tidak menyeramkan, malah hutan ini
begitu indah dengan bunga warna warni di sekelilingnya menambah kesejukan alam.
Aku menghirup nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya, ah enak sekali. Saat
sedang berjalan kami tidak sengaja melihat sungai yang airnya begitu jernih
sampai sampai batu kecil yang ada di dalamkan terlihat jelas. Aku mencuci muka
disana, salma dan rida malah bermain air, alya dan yang lainnya terdiam
dipinggrian sungai, menikmati kekayaan alam Indonesia yang begitu indah.
Tanpa kami sadari jam sudah
menunjukan pukul 3 sore, kami beranjak dari rumput yang kami gunakan untuk
duduk, bahkan alya malah tiduran di atasnya. Candra berjalan lebih dulu, kami
mengikuti dari belakang. Kok terasa lebih jauh ya, dari pada saat kami datang.
“syira tadi kamu ingat gak kemana jalannya?” candra melihatku dengan wajah
bingung. “aku gak tahu, seingatku sih memang benar ke sini, tapi kok gak
naympe-nyampe ya” aku pun ikut bingung.
“kita tersesat” rida terlihat takut,
disampingnya alya memeluk lengan rida erat-erat “aku takut” rengeknya. Salma
melihat ke kanan dan kiri, ikhsan dan candra tertunduk lesu. Aku sangat PANIK.
Kami mencoba kembali ke sungai, tapi setelah berjalan beberapa menit, sungai
itu tidak dapat kami temukan, hanya ada jajaran pohon pohon yang menjulang
tinggi.aku merinding, bulu kudukku berdiri, kenapa aku merasa ada yang meniup
tekukku, apa jangan jangan itu hantu, ah tidak-tidak, aku mencoba menghilangkan
pikiran negatif itu.
“bagaimana ini?” alya kembali
merengek, tidak ada yang menjawab semua sibuk dengan ke khawatiran masing
masing. “aku takut, hari mulai gelap, hutan ini menyeramkan” teriak alya sontak
membuat kami semua melihatnya kaget, aku menghampiri saudara kecilku, dan
dengan segala keberanian yang ku punya aku mencoba menenangkannya dan berjanji
kalau kita semua akan selamat, tapi tidak bisa ku pungkiri, aku pun merasa
tidak yakin kalau kami akan baik baik saja dihutan yang menyeramkan ini.
“apa kita harus berjalan lagi” ucap
candra, semua menggeleng. “percuma saja” rida memeluk kedua kakinya, sekarang
ia merasa kedinginan. Candra bersandar pada sebuah pohon besar, ikhsan berada
di sampingnya, sekarang kami sangat putus asa, sudah tidak ada harapan lagi,
ibu, ayah aku rindu kalian. Uh mungkin kami akn terus terjebak dihutan
menyebalkan ini. Aku memejamkan mata. Tak berapa lama kemudian terdengar suara
langkah kaki, hutan dipenuhi cahaya.
“anak-anak” seru ibu sambil memeluk
kami semua. Tanpa basa basi warga langsung membawa kami kembali ke hotel. Aku
merebahkan diri di kursi yang hangat. Ibu ayah dan yang lainnya sudah berkumpul
di ruang itu. Ibu menghadiahi kami berbagai macam pertanyaan. Tapi tidak begitu
lama ibu kembali memeluk kami.
Hari ini kami kembali ke rumah,
entah apa yang terjadi saat di hutan itu, aku terlalu takut untuk
memikirkannya, ibu ayah tidak pernah tahu, hanya kami,aku dan semua saudaraku
yang tahu, tapi biarlah itu tetap menjadi misteri bagi kami.