Bagaimana cara agar naskah diterima oleh penerbit ? Para penulis tentunya ingin naskahnya tidak hanya menjadi koleksi pribadi, tapi juga bisa dibaca dan menginspirasi banyak orang. Namun sering kali banyak penulis yang mengabaikan faktor-faktor penting, sehingga naskah yang dikirim tidak lolos seleksi penerbit alias ditolak. Berikut kami informasikan beberapa faktor yang perlu diperhatikan ketika berniat mengirimkan naskah ke penerbit.
1. Isi Naskah Menarik Dan Tidak Membosankan
Beberapa naskah yang sebenarnya bagus terkadang malah jadi tidak bisa diterbitkan oleh penerbit dikarenakan cara mengemas naskah tersebut kurang menarik dan membosankan. Misalnya saja, ada sebuah novel yang kisahnya benar-benar seru, mengharukan, dan menginspirasi. Namun teknik penulisannya tidak bisa membuat pembaca greget alias tidak bisa memicu emosi pembaca.
Contoh lain misalnya buku tips dan trik (how to), sebenarnya tips dan triknya sangatlah bermanfaat, namun cara menyampaikan melalui tulisan itu terkadang sulit dimengerti para pembaca. Alhasil, penerbit pun enggan menerbitkan naskah tersebut. Cobalah cari tahu cara menulis yang menarik dan tidak membosankan, sehingga calon pembaca tidak ingin berhenti membuka setiap lembar halaman buku kamu nantinya.
2. Pemahaman EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)
Para penerbit terutama editor akan sangat merasa malas ketika menerima kiriman naskah yang penulisannya masih acak-acakan dan tidak memenuhi standar EYD. Contohnya, penggunaan tanda baca titik, koma, titik dua, spasi, paragraph, dsb.
Penggunaan tanda petik yang biasa dipakai untuk dialog juga harus diperhatikan. Bagaimana cara menggunakan tanda petik yang tepat dan bagaimana cara mengakhiri sebuah dialog dengan tanda petik. Masih banyak para penulis yang mengabaikan hal sepele semacam ini. Justru hal ini membuat pihak penerbit, terutama editor naskah enggan melirik naskah kamu.
Kesalahan selanjutnya yang sering ditemukan adalah penggunan huruf kapital. Cobalah belajar dan mencari tahu bagaimana penggunaan huruf kapital yang tepat. Selanjutnya, penggunaan kata-kata serta penggunaan spasi. Contoh kesalahan yang masih sering terjadi adalah dalam penulisan kata seperti : silahkan, yang seharusnya silakan ; apa bila, seharusnya apabila ; bagai mana, seharusnya bagaimana ; dan sebagainya.
Bukankah itu adalah tugas seorang editor dari pihak penerbit? Ya, betul sekali, namun seorang editor tidak mungkin memperbaiki kesalahan yang lebih dari 50% dari keseluruhan naskah. Kalau hanya sedikit tidak masalah, tapi kalau sudah berkali-kali dan justru dalam satu naskah penuh semua salah tulis, sudah pasti tidak akan ada penerbit yang mau menerbitkan naskah tersebut. Pihak editor mungkin hanya akan tertawa membaca naskah seperti itu.
3. Format dan Ketentuan Pengiriman Naskah
Faktor selanjutnya yang harus diperhatikan agar naskah diterima oleh penerbit adalah format pengiriman naskah. Setiap penerbit memiliki ketentuan pengiriman naskah yang berbeda-beda, entah itu dari cara mengirimkan melalui alamat penerbit langsung dengan naskah yang di print-out, atau juga naskah yang dikirim melalui email.
Untuk pengiriman naskah melalui email, biasanya penerbit memiliki format khusus yang harus diikuti oleh setiap penulis yang berniat mengirimkan naskahnya. Seperti subjek email yang diisi harus seperti apa, badan email harus seperti apa, lalu format file yang dikirim dalam bentuk apa.
Berikutnya, format file yang ditulis harus mengikuti standar yang ditentukan penerbit. Dari bentuk font, ukuran font, panjang naskah minimal atau maksimal,margin, paragraf, dan sebagainya. Karena masing-masing penerbit memiliki ketentuan yang berbeda-beda. Jika dalam hal seperti ini saja penulis mengabaikannya, sudah bisa dilihat bahwa penulis kurang niat dalam menerbitkan naskahnya. Bagaimana pihak penerbit akan niat untuk menerbitkan naskah itu pula?
4. Judul Buku Yang Akan Diterbitkan
Inipun biasanya menjadi pertimbangan sebagian besar penerbit. Naskah sudah menarik, penulisan sudah rapi, ketentuan pengiriman sudah diikuti, tapi judulnya biasa saja alias kurang nendang, ini bisa jadi penerbit mengurungkan niat untuk menerbitkan naskah kamu.
Memang tidak bisa dipungkiri kalau calon pembaca pasti pertama kali akan membaca judul buku sebelum memutuskan untuk membeli atau membacanya. Jadi gunakanlah judul buku yang menarik dan berkesan unik. Sekarang ini banyak buku yang menjadi best seller karena judulnya yang sedikit “nyeleneh” atau kontroversi. Contoh, seperti buku yang berjudul “Bukan Untuk Dibaca”.
Untuk novel, sebaiknya gunakan judul buku yang tidak mainstream. Hindari menggunakan judul yang datar seperti “Kisah Cintaku”, atau “Malam Yang Penuh Bintang”, judul seperti itu kurang memberi efek shock positive bagi calon pembaca. Lihat bagaimana buku-buku best seller yang menggunakan judul yang unik seperti novel “Assalamualaikum, Beijing” karya Asma Nadia. Atau novel Tere Liye yang berjudul “Rindu”. Unik, sederhana, dan membuat penasaran.
Mungkin ada beberapa penerbit yang meminta untuk mengubah judul kalau misalkan memang isi naskahnya menarik, atau mungkin juga penerbit sendiri yang akan mengganti judul buku tersebut yang tentunya sudah ada kesepakatan terlebih dulu dari penulisnya.
Itulah beberapa tips untuk menghindaari penolakan naskah, agar naskah diterima oleh penerbit. Jika naskah kamu masih mempunyai kekurangan dan masih susah menembus seleksi penerbit namun kamu sangat ingin sekali untuk naskahnya diterbitkan, kami Penerbit Malkas Media bisa menerbitkan naskah kamu tanpa penolakan.
()Bagaimana cara agar naskah diterima oleh penerbit ? Para penulis tentunya ingin naskahnya tidak hanya menjadi koleksi pribadi, tapi juga bisa dibaca dan menginspirasi banyak orang. Namun sering kali banyak penulis yang mengabaikan faktor-faktor penting, sehingga naskah yang dikirim tidak lolos seleksi penerbit alias ditolak. Berikut kami informasikan beberapa faktor yang perlu diperhatikan ketika berniat mengirimkan naskah ke penerbit.
1. Isi Naskah Menarik Dan Tidak Membosankan
Beberapa naskah yang sebenarnya bagus terkadang malah jadi tidak bisa diterbitkan oleh penerbit dikarenakan cara mengemas naskah tersebut kurang menarik dan membosankan. Misalnya saja, ada sebuah novel yang kisahnya benar-benar seru, mengharukan, dan menginspirasi. Namun teknik penulisannya tidak bisa membuat pembaca greget alias tidak bisa memicu emosi pembaca.
Contoh lain misalnya buku tips dan trik (how to), sebenarnya tips dan triknya sangatlah bermanfaat, namun cara menyampaikan melalui tulisan itu terkadang sulit dimengerti para pembaca. Alhasil, penerbit pun enggan menerbitkan naskah tersebut. Cobalah cari tahu cara menulis yang menarik dan tidak membosankan, sehingga calon pembaca tidak ingin berhenti membuka setiap lembar halaman buku kamu nantinya.
2. Pemahaman EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)
Para penerbit terutama editor akan sangat merasa malas ketika menerima kiriman naskah yang penulisannya masih acak-acakan dan tidak memenuhi standar EYD. Contohnya, penggunaan tanda baca titik, koma, titik dua, spasi, paragraph, dsb.
Penggunaan tanda petik yang biasa dipakai untuk dialog juga harus diperhatikan. Bagaimana cara menggunakan tanda petik yang tepat dan bagaimana cara mengakhiri sebuah dialog dengan tanda petik. Masih banyak para penulis yang mengabaikan hal sepele semacam ini. Justru hal ini membuat pihak penerbit, terutama editor naskah enggan melirik naskah kamu.
Kesalahan selanjutnya yang sering ditemukan adalah penggunan huruf kapital. Cobalah belajar dan mencari tahu bagaimana penggunaan huruf kapital yang tepat. Selanjutnya, penggunaan kata-kata serta penggunaan spasi. Contoh kesalahan yang masih sering terjadi adalah dalam penulisan kata seperti : silahkan, yang seharusnya silakan ; apa bila, seharusnya apabila ; bagai mana, seharusnya bagaimana ; dan sebagainya.
Bukankah itu adalah tugas seorang editor dari pihak penerbit? Ya, betul sekali, namun seorang editor tidak mungkin memperbaiki kesalahan yang lebih dari 50% dari keseluruhan naskah. Kalau hanya sedikit tidak masalah, tapi kalau sudah berkali-kali dan justru dalam satu naskah penuh semua salah tulis, sudah pasti tidak akan ada penerbit yang mau menerbitkan naskah tersebut. Pihak editor mungkin hanya akan tertawa membaca naskah seperti itu.
3. Format dan Ketentuan Pengiriman Naskah
Faktor selanjutnya yang harus diperhatikan agar naskah diterima oleh penerbit adalah format pengiriman naskah. Setiap penerbit memiliki ketentuan pengiriman naskah yang berbeda-beda, entah itu dari cara mengirimkan melalui alamat penerbit langsung dengan naskah yang di print-out, atau juga naskah yang dikirim melalui email.
Untuk pengiriman naskah melalui email, biasanya penerbit memiliki format khusus yang harus diikuti oleh setiap penulis yang berniat mengirimkan naskahnya. Seperti subjek email yang diisi harus seperti apa, badan email harus seperti apa, lalu format file yang dikirim dalam bentuk apa.
Berikutnya, format file yang ditulis harus mengikuti standar yang ditentukan penerbit. Dari bentuk font, ukuran font, panjang naskah minimal atau maksimal,margin, paragraf, dan sebagainya. Karena masing-masing penerbit memiliki ketentuan yang berbeda-beda. Jika dalam hal seperti ini saja penulis mengabaikannya, sudah bisa dilihat bahwa penulis kurang niat dalam menerbitkan naskahnya. Bagaimana pihak penerbit akan niat untuk menerbitkan naskah itu pula?
4. Judul Buku Yang Akan Diterbitkan
Inipun biasanya menjadi pertimbangan sebagian besar penerbit. Naskah sudah menarik, penulisan sudah rapi, ketentuan pengiriman sudah diikuti, tapi judulnya biasa saja alias kurang nendang, ini bisa jadi penerbit mengurungkan niat untuk menerbitkan naskah kamu.
Memang tidak bisa dipungkiri kalau calon pembaca pasti pertama kali akan membaca judul buku sebelum memutuskan untuk membeli atau membacanya. Jadi gunakanlah judul buku yang menarik dan berkesan unik. Sekarang ini banyak buku yang menjadi best seller karena judulnya yang sedikit “nyeleneh” atau kontroversi. Contoh, seperti buku yang berjudul “Bukan Untuk Dibaca”.
Untuk novel, sebaiknya gunakan judul buku yang tidak mainstream. Hindari menggunakan judul yang datar seperti “Kisah Cintaku”, atau “Malam Yang Penuh Bintang”, judul seperti itu kurang memberi efek shock positive bagi calon pembaca. Lihat bagaimana buku-buku best seller yang menggunakan judul yang unik seperti novel “Assalamualaikum, Beijing” karya Asma Nadia. Atau novel Tere Liye yang berjudul “Rindu”. Unik, sederhana, dan membuat penasaran.
Mungkin ada beberapa penerbit yang meminta untuk mengubah judul kalau misalkan memang isi naskahnya menarik, atau mungkin juga penerbit sendiri yang akan mengganti judul buku tersebut yang tentunya sudah ada kesepakatan terlebih dulu dari penulisnya.
Itulah beberapa tips untuk menghindaari penolakan naskah, agar naskah diterima oleh penerbit. Jika naskah kamu masih mempunyai kekurangan dan masih susah menembus seleksi penerbit namun kamu sangat ingin sekali untuk naskahnya diterbitkan, kami Penerbit Malkas Media bisa menerbitkan naskah kamu tanpa penolakan.
(Bagaimana cara agar naskah diterima oleh penerbit ? Para penulis tentunya ingin naskahnya tidak hanya menjadi koleksi pribadi, tapi juga bisa dibaca dan menginspirasi banyak orang. Namun sering kali banyak penulis yang mengabaikan faktor-faktor penting, sehingga naskah yang dikirim tidak lolos seleksi penerbit alias ditolak. Berikut kami informasikan beberapa faktor yang perlu diperhatikan ketika berniat mengirimkan naskah ke penerbit.
1. Isi Naskah Menarik Dan Tidak Membosankan
Beberapa naskah yang sebenarnya bagus terkadang malah jadi tidak bisa diterbitkan oleh penerbit dikarenakan cara mengemas naskah tersebut kurang menarik dan membosankan. Misalnya saja, ada sebuah novel yang kisahnya benar-benar seru, mengharukan, dan menginspirasi. Namun teknik penulisannya tidak bisa membuat pembaca greget alias tidak bisa memicu emosi pembaca.
Contoh lain misalnya buku tips dan trik (how to), sebenarnya tips dan triknya sangatlah bermanfaat, namun cara menyampaikan melalui tulisan itu terkadang sulit dimengerti para pembaca. Alhasil, penerbit pun enggan menerbitkan naskah tersebut. Cobalah cari tahu cara menulis yang menarik dan tidak membosankan, sehingga calon pembaca tidak ingin berhenti membuka setiap lembar halaman buku kamu nantinya.
2. Pemahaman EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)
Para penerbit terutama editor akan sangat merasa malas ketika menerima kiriman naskah yang penulisannya masih acak-acakan dan tidak memenuhi standar EYD. Contohnya, penggunaan tanda baca titik, koma, titik dua, spasi, paragraph, dsb.
Penggunaan tanda petik yang biasa dipakai untuk dialog juga harus diperhatikan. Bagaimana cara menggunakan tanda petik yang tepat dan bagaimana cara mengakhiri sebuah dialog dengan tanda petik. Masih banyak para penulis yang mengabaikan hal sepele semacam ini. Justru hal ini membuat pihak penerbit, terutama editor naskah enggan melirik naskah kamu.
Kesalahan selanjutnya yang sering ditemukan adalah penggunan huruf kapital. Cobalah belajar dan mencari tahu bagaimana penggunaan huruf kapital yang tepat. Selanjutnya, penggunaan kata-kata serta penggunaan spasi. Contoh kesalahan yang masih sering terjadi adalah dalam penulisan kata seperti : silahkan, yang seharusnya silakan ; apa bila, seharusnya apabila ; bagai mana, seharusnya bagaimana ; dan sebagainya.
Bukankah itu adalah tugas seorang editor dari pihak penerbit? Ya, betul sekali, namun seorang editor tidak mungkin memperbaiki kesalahan yang lebih dari 50% dari keseluruhan naskah. Kalau hanya sedikit tidak masalah, tapi kalau sudah berkali-kali dan justru dalam satu naskah penuh semua salah tulis, sudah pasti tidak akan ada penerbit yang mau menerbitkan naskah tersebut. Pihak editor mungkin hanya akan tertawa membaca naskah seperti itu.
3. Format dan Ketentuan Pengiriman Naskah
Faktor selanjutnya yang harus diperhatikan agar naskah diterima oleh penerbit adalah format pengiriman naskah. Setiap penerbit memiliki ketentuan pengiriman naskah yang berbeda-beda, entah itu dari cara mengirimkan melalui alamat penerbit langsung dengan naskah yang di print-out, atau juga naskah yang dikirim melalui email.
Untuk pengiriman naskah melalui email, biasanya penerbit memiliki format khusus yang harus diikuti oleh setiap penulis yang berniat mengirimkan naskahnya. Seperti subjek email yang diisi harus seperti apa, badan email harus seperti apa, lalu format file yang dikirim dalam bentuk apa.
Berikutnya, format file yang ditulis harus mengikuti standar yang ditentukan penerbit. Dari bentuk font, ukuran font, panjang naskah minimal atau maksimal,margin, paragraf, dan sebagainya. Karena masing-masing penerbit memiliki ketentuan yang berbeda-beda. Jika dalam hal seperti ini saja penulis mengabaikannya, sudah bisa dilihat bahwa penulis kurang niat dalam menerbitkan naskahnya. Bagaimana pihak penerbit akan niat untuk menerbitkan naskah itu pula?
4. Judul Buku Yang Akan Diterbitkan
Inipun biasanya menjadi pertimbangan sebagian besar penerbit. Naskah sudah menarik, penulisan sudah rapi, ketentuan pengiriman sudah diikuti, tapi judulnya biasa saja alias kurang nendang, ini bisa jadi penerbit mengurungkan niat untuk menerbitkan naskah kamu.
Memang tidak bisa dipungkiri kalau calon pembaca pasti pertama kali akan membaca judul buku sebelum memutuskan untuk membeli atau membacanya. Jadi gunakanlah judul buku yang menarik dan berkesan unik. Sekarang ini banyak buku yang menjadi best seller karena judulnya yang sedikit “nyeleneh” atau kontroversi. Contoh, seperti buku yang berjudul “Bukan Untuk Dibaca”.
Untuk novel, sebaiknya gunakan judul buku yang tidak mainstream. Hindari menggunakan judul yang datar seperti “Kisah Cintaku”, atau “Malam Yang Penuh Bintang”, judul seperti itu kurang memberi efek shock positive bagi calon pembaca. Lihat bagaimana buku-buku best seller yang menggunakan judul yang unik seperti novel “Assalamualaikum, Beijing” karya Asma Nadia. Atau novel Tere Liye yang berjudul “Rindu”. Unik, sederhana, dan membuat penasaran.
Mungkin ada beberapa penerbit yang meminta untuk mengubah judul kalau misalkan memang isi naskahnya menarik, atau mungkin juga penerbit sendiri yang akan mengganti judul buku tersebut yang tentunya sudah ada kesepakatan terlebih dulu dari penulisnya.
Itulah beberapa tips untuk menghindaari penolakan naskah, agar naskah diterima oleh penerbit. Jika naskah kamu masih mempunyai kekurangan dan masih susah menembus seleksi penerbit namun kamu sangat ingin sekali untuk naskahnya diterbitkan, kami Penerbit Malkas Media bisa menerbitkan naskah kamu tanpa penolakan.
(malkasmedia.wordpress.com)